London, Kerajaan Inggris, 5 Januari 2010. Dalam wawancara dengan radio BBC, perdana menteri Inggris, Gordon Brown, menyerukan peningkatan intervensi Barat di Yaman. Ia menyerang tuntutan dunia Islam akan Khilafah sebagai “ideologi pembunuh” dan menganggap bahwa itu merupakan “penyimpangan terhadap Islam”.
Representasi media Hizbut Tahrir Inggris, Taji Mustafa, menilai bahwa Brown, seperti pendahulunya Tony Blair, merekayasa tuduhan terhadap Islam dan Khilafah. Ia berupaya mengalihkan perhatian yang terus tumbuh tentang kebijakan luar negeri barat dan mengalihkannya kepada masalah “radikalisasi ideologi”.
“Ia dengan mudah tidak mau mengakui efek menghancurkan dari invasi barat di dalam urusan-urusan berbagai kawasan. Ia dengan mudah tidak mau mengakui bahwa masyarakat di dunia Islam berjuang untuk merealisasi perubahan dari kolonialisme dan sistem-sistem yang didukung barat. Masyarakat ingin melanjutkan kembali Khilafah di dunia Islam”.
“Brown dan pemimpin barat lainnya menyalakan api ketakutan terhadap terorisme untuk menjustifikasi intervensi militer dan politik di dunia Islam. Mereka pura-pura tidak tahu atas kemarahan dan kefrustasian akibat dari semua itu. Lalu ia menyebut seruan untuk berubah dari penjajahan sebagai “radikalisme”, “ideologi pembunuh” dan “ideologi setan”. Brown pada saat melakukan hal itu maka ia menolak aspirasi politik Islam. Dan pada saat yang sama tanpa alasan ia menghina keyakinan yang dianut lebih dari semilyar kaum muslim”.
“Sungguh ia tahu betul bahwa Khilafah merupakan seruan Islam yang solid -disebutkan di sejumlah hadits Rasul saw. Ia tahu betul bahwa Khilafah sangat penting untuk mengimplementasikan keadilan Islam yang dirindukan oleh kaum muslim. Khilafahlah yang menyatukan kaum muslim dan mewujudkan keamanan dan kestabilan untuk dunia Islam. Sungguh Khilafah mencerminkan keinginan yang terus tumbuh bagi kaum muslim di seluruh dunia untuk menyatukan dunia Islam di bawah satu kepemimpinan- sebagaimana dahulu sebelum penjajahan Inggris yang membiarkan mereka terpecah-pecah di bawah cengkeraman tirani”.
“Sungguh tidak fair dan menyesatkan bahwa dengan jalan mendukung pegawai mereka presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, menambah operasi pesawat tak berawak dan bantuan militer untuk membunuhi orang-orang tak berdosa dengan dalih perang melawan teror, dengan semua itu mereka akan menghalangi semacam pemboman pesawat di Detroit”.
“Sejak perjanjian Sykes-Picot, Inggris mendukung penghapusan Khilafah pada tahun 1924 dan Palestina dicaplok oleh kekuatan Barat. Jadilah dunia Islam berada di dalam kondisi kacau dan tidak stabil. Pada saat di mana sebelumnya dunia Islam menjadi kekuatan kebenaran di dunia. Dan sekarang mereka bukannya menyadari bahwa politik-politik mereka berperan dan menciptakan kekacauan ini, namun mereka justru terus saja bekerja untuk memuaskan nafsu serakah mereka untuk mengontrol wilayah paling strategis di dunia dan sangat kaya sumber daya alam. Hal itu tiada lain untuk melanggengkan hegemoni mereka. Sungguh intervensi barbar di Irak dan Afganistan telah menyebabkan ketidakstabilan kedua kawasan dari dunia Islam itu. Dengan memulai aksi di kawasan ketiga (dan Brown menyebutkan yang keempat yaitu Somalia) seakan mereka telah memutuskan telah meraih ketaatan menyeluruh dari kaum muslim di Timur Tengah dan Asia Selatan. Dan yang akan terjadi di kawasan itu adalah penghancuran yang menyebabkan kekacauan secara mutlak.”
“Sesungguhnya berbagai kebohongan Brown tidak akan merubah kenyataan bahwa Khilafah merupakan kewajiban dan rukun asasi di dalam Islam. Politik imperialisme barat tidak akan berhasil dalam membungkam seruan yang terus meningkat ke arah masa depan Islami yang independen, bebas dari tirani dan diktator. Dan semua upaya untuk mengaburkan potret para pengemban misi ini dengan menyebut mereka sebagai ektremis tidak akan melemahkan tekad kami untuk tetap melangkahkan kaki menuntut penghentian intervensi barat di negeri-negeri kaum muslim”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar